SUAP
Kejadian 32:3-21
Secara konotatif, “menyuap”
berarti memberikan sesuatu
kepada seseorang agar penyuap mendapatkan keuntungan dari orang itu. Praktik
suap ini juga bisa terjadi dalam keluarga, antara suami istri, serta orangtua
dan anak. Misalnya, ketika ayahnya pulang dari kantor, Tata segera menyambutnya
dan mengambil sepatu ayahnya untuk diletakkan di tempatnya. Ini tidak biasa
dilakukan oleh Tata. Lalu sang ayah berujar, “Pasti ada maunya, nih.”
Yakub menyuap Esau dengan banyak pemberian agar Esau mau menerimanya dengan baik. Yakub sadar
bahwa dulu ia telah menipu kakaknya, sehingga sang kakak kehilangan hak
kesulungannya. Pikirnya, dengan pemberiannya yang banyak itu, hati Esau bisa
ditenangkan, dan niat Yakub untuk berdamai dengan Esau pun bisa terwujud. Untuk
itu, Yakub mengatur strategi yang matang dan terperinci. Dosa Yakub kepada
kakaknya membuat ia takut bertemu kakaknya. Yakub terus dikejar rasa bersalah, sehingga ia amat gentar untuk berjumpa dengan kakaknya. Yakub
ingin menyelesaikan rasa bersalah dan takutnya dengan cara duniawi. Ia
mengandalkan kekayaannya. Ia lupa bahwa ada TUHAN yang penuh belas kasih, yang
mampu membuat Esau tidak lagi marah kepadanya.
Tuhan tidak berkenan jika kita menyelesaikan masalah dan membangun relasi dalam keluarga dengan menyuap
pihak lain. Bangunlah relasi dengan kasih yang tulus. (Wasiat)
DOA: Tuhan, ampunilah bila kami tidak membangun relasi dengan kasih yang tulus. Ajarlah kami mengasihi dengan tulus. Amin.
