Berita


PEMANDANGAN UMUM Dan KUAP BPMSW GKI SW JAWA BARAT 2023-2025

Gereja Kristen Indonesia menuju Multus Ecclesia (Ecclesia Digital, Ecclesia Domestica, Ecclesia Schola, Ecclesia Indonesia)

Prologue : Ecclesia in Transitu (Gereja di Tengah Perubahan Zaman)

       Peradaban manusia mengalami kemajuan sepanjang sejarahnya. Kemajuan peradaban ini kerapkali dihubungkan dengan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi lah yang mengubah wajah peradaban dan mau tidak mau semua aspek kehidupan manusia terkena pengaruhnya, tanpa terkecuali. Tidak ada satu orang pun yang dapat melarikan diri dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi seolah menjadi sesuatu yang mengubah dan bahkan akhirnya menjadi  sebuah kebutuhan cukup penting yang harus dipenuhi. Di masa sebelum pandemi, kecakapan digital masih dianggap sebagai sebuah pilihan. Pandemi Covid-19 mendesak gereja pada sebuah kondisi tanpa pilihan, untuk mau tidak mau, berteman dengan teknologi.

      Kemajuan teknologi juga mempengaruhi kehidupan dan budaya manusia. Manusia semakin dimanjakan dengan kemudahan-kemudahan, dan di sini teknologi atau digital tidak hanya menjadi sebuah sarana atau metode, melainkan dapat dilihat sebagai sebuah budaya. Budaya digital menjadi budaya yang membentuk mereka yang lahir di era dimana manusia sudah dimanjakan dengan teknologi. Di sinilah kita mengenal istilah Digital Natives dan Digital Immigrant. Digital Natives adalah generasi yang lahir di tengah zaman dimana teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan. Generasi yang dapat dikatakan sangat bergantung dengan teknologi dan teknologi sendiri menjadi sesuatu yang biasa bahkan dikatakan sebagai sebuah kebutuhan. Digital Immigrant adalah generasi yang lahir di tengah jaman analog, zaman di mana di dalamnya belum secanggih masa dimana teknologi sudah menjadi begitu berpengaruh.

      Gereja tidak hanya terdiri dari orang-orang yang adalah digital immigrant, namun juga dalam perjalanan gereja, gereja terus bergulir, satu generasi bergulir dan generasi lain terus juga terus hadir,. Gereja terdiri dari digital immigrant namun juga digital natives. Kenyataan ini harus juga terus kita sadari bahwa gereja kita tidak terdiri dari satu generasi, tidak hanya berkonsentrasi pada satu generasi. GKI bahkan sejak berdirinya adalah sebuah gereja keluarga, gereja yang terdiri dari ragam generasi. Berangkat dari kenyataan ini maka kita akan melihat bagaimana kita seharusnya bersikap terhadap perkembangan teknologi dan sejauh mana kita dapat memanfaatkan teknologi?

      Di sisi lain kita juga perlu untuk melihat bahwa kita hidup di tengah dunia yang semakin terbuka, semakin mudah untuk mengakses apa saja, semakin banyak pilihan. Dunia yang terbuka. Termasuk juga beribadah atau identitas gereja menjadi sesuatu yang dapat dipilih. Dengan mudah anggota gereja kita dapat mengakses ibadah mana saja. Di tengah pilihan yang semakin terbuka lebar maka jemaat kita yang terdiri dari ragam generasi punya pilihan untuk bahkan memilih gereja yang mengkhususkan diri pada generasi tertentu. Jika kita sebagai gereja tidak menyadari ragam generasi, bahkan tidak menyadari karakteristik kita sejak awal sebagai sebuah family church, maka kita akan menjadi sebuah old church yang berorientasi pada satu generasi dan cenderung mementingkan homogenitas. Sebaliknya, bagaimana gereja mempersiapkan keluarga untuk juga menjadi gereja. Hakikat gereja ada dan dirasakan di tengah kehidupan keluarga. Pengenalan dan pengalaman akan Tuhan yang maha hadir itu tidak hanya hadir di gereja namun pengenalan dan pengalaman akan Tuhan itu dirasakan dan menjadi tanggungjawab keluarga.

      Adalah berkat Tuhan, jika dalam kehidupan GKI Sinwil Jabar kita dipercaya memiliki PENABUR, UKRIDA dan Maranatha. Kita pun punya tanggung jawab untuk menghadirkan gereja dalam kehidupan belajar mengajar di sekolah. Menghadirkan gereja berarti menyadari bahwa sekolah atau universitas dalam kesehariannya punya tanggung jawab menghadirkan Tuhan. Sekolah atau universitas tidak hanya menjadi tempat guru bekerja sebagai karyawan, murid mengejar ilmu, karyawan bekerja, namun sekolah menjadi gereja dimana guru, murid, orangtua murid dan karyawan berjumpa dengan Tuhan.

      Identitas kita sebagai Indonesia di tengah negeri yang masih mengalami berbagai masalah sosial juga perlu terus kita perhatikan. Sebagai gereja, GKI memilih untuk menjadi 100 % Kristen dan 100 % Indonesia. Indonesia dalam nama GKI tidak hanya menunjukkan sebuah lokasi namun menunjukkan sebuah identitas. Ini juga ditunjukkan dengan upaya dan semangat GKI untuk terus berkiprah menjadi bagian dan Indonesia dan merespon berbagai macam permasalahan di Indonesia. Apa yang menjadi hal penting, yang harus dilakukan gereja juga terkait dengan identitas kita sebagai Kristen Indonesia?

      Selama tahun 2023-2025, kita akan berupaya untuk menghadirkan Gereja Digital, gereja yang tidak hanya menggunakan digital sebagai sebuah metode namun juga gereja yang hadir dan mentransformasi budaya digital. Kita juga akan terus berupaya menjadikan rumah tangga rumah tangga dan Lembaga-lembaga Pendidikan milik GKI Sinwil Jabar menjadi Gereja. Sebaliknya bagaimana Gereja hadir sebagai keluarga bagi tiap rumah tangga, bagi tiap generasi, bagi siapa pun yang ada dan menjadi bagian di mana Gereja ada. GKI Sinwil Jabar juga terus berproses menjadi Gereja Indonesia. Menghadirkan nilai-nilai, kebijakan-kebijakan Kerajaan Allah dalam keberadaan kita sebagai Gereja Kristen Indonesia.

Pemandangan Umum dan KUAP BPMSW GKI SW Jawa Barat Tahun Pelayanan 2023-2025 secara lengkap dapat diunduh di: PEMANDANGAN UMUM BPMSW 2023-2025_REVISI.pdf   

Sumber : GKI Sinode Wilayah Jawa Barat

Share this Post