BUDAYA MALU
Yehezkiel 43:1-12
Kita sering menjumpai orang yang melanggar peraturan lalu lintas di jalan, seperti menerobos
lampu merah atau berkendara
dengan cara yang salah, tetapi mereka bersikap acuh. Mereka tidak tampak malu
meskipun jelas melakukan kesalahan. Kita juga sering menyaksikan orang-
orang yang dengan angkuh menunjukkan kekuasaannya dan tidak merasa malu saat menyalahgunakan wewenang. Tidak jarang pula kita menjumpai
seseorang yang terbukti bersalah, tetapi ia tetap tidak
merasa malu, bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.
Tampaknya, budaya malu telah
semakin pudar. Orang-orang cenderung
bersikap percaya diri secara berlebihan, tidak merasa bersalah, serta
menganggap kesalahan sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa. TUHAN mengingatkan umat Israel melalui
Nabi Yehezkiel agar mereka
merasa malu saat melihat Bait Suci, sebagai pengingat atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Bait Suci akan menjadi kediaman-Nya
selamanya. Namun, TUHAN juga mengingatkan bahwa dosa-dosa masa lalu, terutama
penyembahan berhala dan ketidaktaatan para raja Israel, harus dihapus.
Mari belajar menjadi orang
yang tahu malu, bukan orang yang tidak tahu malu. Mari belajar menjadi pribadi
yang peka dan selalu berusaha memperbaiki diri setiap hari, bukan menjadi orang
yang angkuh dan merasa dirinya sudah sangat baik. (Wasiat)
REFLEKSI:
Belajarlah menjadi orang yang tahu malu, bukan orang yang tidak tahu malu. Belajarlah mengakui kesalahan