IMAN ADALAH PERBUATAN

Yakobus 2:14-26

Esensi “iman” mengandung kepercayaan kepada Tuhan. Juga mengandung kesetiaan. Arti
“faith” (iman) terintegrasi dengan “faithful” (setia). Sikap iman akan bermakna jika diwujudkan dalam tindakan kasih yang dilandasi oleh kesetiaan yang tulus dan total kepada Allah. Sebaliknya, kita akan mengingkari hakikat iman saat perbuatan atau perilaku kita melanggar hukum kasih.

Sekadar percaya kepada Tuhan yang esa bukanlah suatu keistimewaan. Yakobus 2:19 berkata, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Iblis atau setan-setan percaya bahwa Allah adalah esa, tetapi perbuatan mereka sangat jahat. Dengan kuasanya, Iblis bisa memengaruhi manusia melawan Allah dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah menciptakan diskriminasi, kekerasan, ketidakadilan, permusuhan, dan perang. Iblis dengan semua pasukannya juga menciptakan dusta sehingga mengaburkan hakikat kebenaran dan keselamatan.


Perbuatan kasih adalah buah dari iman. Hakikat iman kepada Allah merupakan anugerah Ilahi yang seharusnya memampukan umat menjadi para insan yang bermartabat. Saat kita mengabaikan integritas, kasih, dan keunggulan (excellent), maka sesungguhnya jauh dari sikap iman. Religiositas saja tidak memadai apabila tidak diwujudkan dalam spiritualitas yang operatif. Sebaliknya, setiap tindakan saja tidak cukup apabila tanpa iman.


Doa
Roh Kudus jadikanlah kami sebagai pelaku-pelaku firman. Jauhkan kami dari sikap percaya yang tidak menghasilkan buah, yaitu kasih. Amin.