SUKA DAN RELA
Sewaktu
kanak-kanak, untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar kadang orang harus
diiming-imingi dengan sesuatu yang menarik. Sebaliknya, supaya tidak melakukan
hal yang buruk, orang harus ditakut-takuti. Ada carrot and stick, kata orang seberang. Ada hadiah (carrot) dan hukuman (stick). Lalu, kalau sudah dewasa,
diharapkan semua dilakukan dengan suka dan rela.
Kepada Filemon dan jemaat yang bersama dengannya, Paulus
meminta mereka untuk menjadi orang-orang yang dewasa dalam iman. Paulus memohon
supaya mereka dapat menerima kembali Onesimus, orang yang dulu dianggap tidak
berguna. Onesimus telah mengalami perkembangan dan perubahan yang hebat. Paulus
pun yakin, Filemon dan jemaat yang ada bersamanya juga tumbuh dalam kedewasaan
iman. Karena itu, walaupun Paulus memiliki posisi yang bisa memaksakan mereka
untuk menerima Onesimus, tetapi ia tidak mau melakukannya. Paulus ingin penerimaan
itu terjadi dengan suka dan rela, bukan karena paksaan. Kesukarelaan itu
menjadi tanda dari kedewasaan iman.
Pengalaman Paulus, Onesimus, dan Filemon memberikan
pembelajaran berharga. Dari Paulus kita belajar untuk tidak main kuasa. Dari
Onesimus kita belajar bahwa perubahan adalah sebuah kemungkinan yang pasti.
Dari Filemon kita belajar mengenai kesediaan merangkul kembali. Dari mereka,
kita belajar untuk bertindak dengan sukarela. Tak perlu pakai carrot and stick. Cukup suka dan rela.
(Wasiat)
Doa
Sukarela melakukan apa yang kami kerjakan, termasuk dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama, itu doa dan komitmen kami, Amin.