PUJILAH TUHAN

Mazmur 148


Seorang yang berasal dari desa primitif diajak menginap di hotel. Dia amat kagum dengan keran air. Tinggal putar air mengalir. Keluar dari hotel dia mencopot keran itu. Dia mau bawa ke desanya supaya bisa ditempel di dinding rumahnya dan menikmati air mengalir. Orang ini sudah gagal paham tentang arti “sarana” dan “sumber”.

Pemazmur mengajak kita mengingat bahwa ciptaan harus menyembah dan memuji Sang Pencipta. Ciptaan tidak boleh disembah dan diagungkan. Siklus peredaran matahari, bulan, dan bintang memang digunakan untuk menunjukkan hari, bulan, dan tahun. Melampaui semua itu, umat harus mengarahkan hati pada Tuhan yang berkuasa di sepanjang waktu dan zaman. Samudra, cuaca, gunung, bukit, pohon buah, pohon aras, binatang-binatang, memang berguna menyokong manusia dalam membangun kehidupan dan kebudayaan. Melampaui semua itu, umat harus menghayati mereka sebagai bentuk-bentuk dari pemeliharaan Allah. Raja-raja, taruna, anak dara, orangtua, orang muda adalah elemen-elemen terwujudnya komunitas dan generasi. Namun, melampaui semua itu, Tuhanlah yang memberi hidup dan kemampuan.

Kita mesti waspada untuk tidak mempertuhankan apa yang bukan Tuhan. Waktu, sumber daya alam, benda-benda, orang-orang di sekitar kita, semua ada dalam kendali Tuhan. Jangan sampai itu semua membuat kita lupa kepada Tuhan dan mengabaikan kehendak kasih-Nya. Dialah sumber kehidupan kita. Bukan yang lain. (Wasiat)


Doa
Ya Tuhan, Engkaulah sumber hidupku. Terpujilah nama-Mu selamanya. Amin.