MENUNGGU DAN BERTOBAT

1 Samuel 7:3-13



Menunggu adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan. Menunggu kelahiran anak kita, menunggu datangnya KRL atau bus kota yang kita butuhkan untuk pulang ke rumah, menunggu hasil pemeriksaan kesehatan dan lain sebagainya. Itu sebabnya banyak orang yang tidak suka menunggu.

Konteks kisah dalam teks yang kita renungkan hari ini adalah kenyataan bahwa tabut Tuhan tidak lagi berada di tengah-tengah bangsa Israel karena diangkut oleh orang-orang Kiryat-Yearim dan sudah berada di sana selama kurang lebih 20 tahun (ay. 1-2). Sebelum itu, tabut tersebut juga sudah berpindah-pindah tempat selama beberapa waktu lamanya, sehingga bangsa Israel meratap penuh rindu. Bangsa Israel harus menunggu puluhan tahun lamanya untuk mengobati kerinduan hati mereka akan kembalinya tabut Tuhan ke tengah-tengah mereka. Dalam konteks inilah Samuel mengingatkan bahwa kerinduan itu bisa saja terpenuhi, dengan syarat bangsa Israel bersedia bertobat dari dosa-dosanya, karena penyebab tabut Tuhan sampai direbut bangsa lain adalah karena mereka tidak taat dan setia pada Tuhan.

Menunggu memang tidak menyenangkan. Namun, bisa juga membawa berkah, jika masa menunggu tersebut kita gunakan dengan baik untuk memahami kehendak Tuhan di balik masa penantian yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita. Dengan demikian menunggu tidak berarti hanya duduk diam tanpa tindakan, tapi justru penuh dengan tindakan, yaitu tindakan untuk introspeksi diri dan kemudian bertobat. (Wasiat)


DOA:
Ya Bapa, berilah kami kesabaran menunggu Engkau bertindak, dan dalam pada itu juga kesediaan bertobat dari dosa-dosa kami. Amin.