AKU TETAP [ADALAH] DIA

Yesaya 43:8-13


Pada masa pelayanan Nabi Yesaya, ungkapan “Aku tetap [adalah] Dia” (ani hu) merupakan penyataan nama diri Allah. Kelak Yesus juga menggunakan ungkapan ini ketika Ia mengatakan “Aku adalah (ego eimi) . . .” (Roti Hidup, Terang Dunia, Jalan dan Kebenaran dan Hidup, dan lain-lain).

Penyataan nama diri Allah ini dimaksudkan pertama-tama untuk meneguhkan pengakuan iman bahwa Ia adalah satu-satunya Allah di alam semesta ini. Tidak ada Allah yang lain, baik sebelumnya maupun sesudahnya (ay. 10). Ia adalah Allah yang ada dari kekal sampai kekal. Karenanya, Ia juga adalah Allah yang tidak pernah berubah. 


Umat Allah seringkali berubah; dari semula percaya dan taat kepada Allah berubah menjadi tidak percaya dan tidak taat kepada Allah. Tapi Allah tidak pernah berubah, apa pun juga yang dilakukan umat-Nya.

Namun, penyataan nama diri Allah ini dimaksudkan juga untuk mengingatkan umat-Nya bahwa Allah adalah Allah yang selalu bersedia menyelamatkan umat-Nya. 

Ia tidak hanya menjadi juruselamat di masa lalu saja. “Juga seterusnya Aku tetap Dia,” kata Allah, “dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?” (ay. 13). Jika Allah bertindak, maka tidak ada pihak manapun juga di alam semesta ini yang bisa menghalangi-Nya. Allah inilah yang telah memanggil kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya yang hidup. Kita dapat bisa menjadi saksi-saksi-Nya, hanya jika kita memiliki pengalaman pribadi dengan-Nya bukan sekadar pengetahuan tentang-Nya. (Wasiat)


Doa


Terima kasih, ya Bapa, karena Engkau adalah Allah yang tidak pernah berubah dan yang selalu bersedia menolong kami. Amin.