Suatu kehormatan dan anugrah besar saya bisa terjebak dalam diskusi para Pendeta senior lulusan STT Jakarta tentang Kotbah Kreatif dengan Pembicara Pdt Glorius Bawengan dari GMIST. Saya yang awam ini merasa banyak mendapat berkat dan keberuntungan bisa terjebak di acara mereka. Jika saja semua Pendeta mau terus belajar dan mengembangkan kemampuannya demi memberikan yang terbaik bagi TUHAN yang memilih dan mengutus mereka serta demi membina jemaat yang sungguh-sungguh mereka kasihi. Pasti perubahan besar akan terjadi di Gereja TUHAn di dunia. Saya sangat kagum dengan semangat belajar, bertukar ilmu dan bersama meningkatkan kemampuan mereka sebagai hamba TUHAN. Dalam moment yang berbahagia ini ada dua Pendeta GKI yaitu Ibu Nurkiana Simatupang dan Ibu Frida Situmorang diluar Pendeta dari GPIB, HKI dll. BELAJAR dan terus BELAJAR semangat yang tidak mudah dijaga dan memang salah satu gunanya teman adalah untuk menjaga semangat itu.

 

Diskusi tentang KOTBAH KREATIF dilandasi kerisauan teman Pendeta dari gereja mainstream dimana jemaat mulai meninggalkan mereka dan berpindah ke gereja-gereja baru.  Mereka yang diakui sangat ahli Biblika dan sangat menguasai Alkitab dari sisi ilmu sehingga dalam kotbah-kotbahnya diakui cukup punya isi tetapi jemaat enggan/tidak semangat mendengar kotbah mereka. Jemaat mengantuk atau tidak konsentrasi adalah salah satu tanda yang mereka baca.  Mereka ingin meningkatkan kemampuan kotbah mereka sehingga dalam berkotbah selain isinnya yang baik kotbah mereka juga bisa MEMUKAU jemaat.   Mereka ingin jemaat bisa pulang dengan membawa sesuatu dan punya kerinduan kembali ke Gereja di minggu depan. Semangat yang sungguh membanggakan saya sebagai jemaat mereka. Semangat meningkatkan kemampuan diri mereka  yang pasti membuat TUHAN juga senang memakai mereka.

 

Output dari diskusi tentang Kotbah Kreatif ini mereka sepakati tidak hanya bisa diimplementasikan dalam kotbah-kotbah hari  minggu saja tetapi juga bisa mereka bawa pikiran kreatif ini dalam setiap acara yang dibuat oleh Gereja Mainstream tempat mereka melayani sehingga peserta setiap acara bisa kembali bersukacita dalam mengikuti nya.  Mereka juga berniat bisa membuat retret Kreatif,  Pertujunjukan Seni Kreatif dalam setiap perayaan Gereja, PA Kreatif dan acara lainnya diluar Kotbah yang memang sudah semestinya dibawakan dengan kreatif.

Bang Pdt Glorius Bawengan menjelaskan bagaiman dia ditantang untuk membuat perayaan NATAL Nasional kreatif di tahun 2009 dan dia bisa membawakan dengan meruntuhkan semua kebiasaan yang dilakukan setiap perayaan Natal nasional dan seolah sudah menjadi seperti kitab suci baru. Kebranian memasukan unsur kreatif membuat perayaan Natal menjadi lebih menarik dan berkesan buat yang datang.

 

Bang Pdt G Bawengan juga mengevaluasi cara Pendeta Mainstrem berkotbah yang memang berisi tetapi sangat tidak menarik (walau tetap tdk menutup mata juga melihat mulai banyak  Pendeta Mainstreamn yang malas membaca  serta menjaga semangat belajar dan membuat kotbahnya semakin kering karena ilmu Theologia juga terus berkembang dan selalu emnghadirkan sesuatu yang baru,  tetapi secara rata-rata kotbah masih lebih berisi). Sementara Gereja –Gereja progresive bisa menampilkan Pendeta dengan kotbah Menarik tetapi sayang isinya sangat dangkal dan berkesan itu-itu saja yang ditakutkan akan membawa umat pada kejenuhan theologis di suatu saat/titik yang mungkin belum terjadi saat ini.  Kotbah Kreatif adalah kotbah yang harus bisa berisi, menarik dan memukau sehingga selalu menimbulkan kerinduan warga jemaat untuk kembali datang di ibadah yang akan datang dan punya keinginan kuat untuk membaca dan mempelajari Alkitab secara pribadi serta termotivasi untuk punya pengalaman pribadi dengan TUHAN. Jemaat yang bertumbuh dan menjadi dewasa adalah buah kotbah kreatif yang seharusnya terjadi.

 

Ada tiga Kekuatan dalam kotbah Kreatif yang harus diperhatikan menurut Pdt G Bawengan yaitu :

  1. Isi
  2. Bentuk
  3. Sajian

 

Mari kita bahas satu persatu :

 

  1. ISI

Kotbah yang berisi tetapi miskin bentuk dan disajikan asal-asalan itu seperti Mayat yang punya badan tetapi tidak ada rohnya, serasa kering, tidak menggugah dan tidak menarik buat jemaat. Kotbah harus seperti manusia hidup dengan Roh, jiwa dan tidak hanya tubuh saja. Kotbah harus selalu bisa menghadirkan sesuatu yang baru karena TUHAN yang memakai Pendeta/Pengkotbah adalah TUHAN yang hidup dan terus menghadirkan pengalaman baru.  Penting buat Pendeta/Pengkotbah meramu ketiganya dan memperhatikan dan memperlakukan ketiganya sama pentingnya dalam persiapan yang mereka lakukan. Kotbah yang isi dan bentuknya bagus  tetapi sajiannya jelek itu ibarat makanan enak di pinggir jalan yang walau enak tidak bisa dijual mahal dan tidak merangsang pelanggan untuk datang lagi. Banyak kotbah yang walaupun itu bagus tetapi tidak cukup untuk bisa menjadi energi pendorong buat jemaat datang lagi di minggu yang akan datang.

 

Berbicara tentang isi kotbah, maka yang standard dan banyak dilakukan Pendeta adalah sama dengan bicara tentang perangkat teologis. Bicara tentang interprestasi dari eksegese esegese dan implementasi dari kotbah tersebut. Pengkotbah PINTAR adalah pengkotbah yang mampu menafsirkan ayat Alkitab yang dibaca dengan latar belakang yang bisa dipertanggungjawabkan. Pengkotbah CERDAS  adalah pengkotbah yang tidak hanya mampu mengartikan tetapi juga mampu merelasisaikan bacaan alkitab dengan konteksnya dan menjelaskan ke jemaat. Pengkotbah KERATIF adalah pengkotbah yang mampu melakukan semua yang dilakukan pengkotbah PINTAR dan CERDAS ditambah dengan memberikan arti baru yang sesuai dengan kekinian, kondisi jemaat saat ini. Pengkotbah kreatif akan bisa membuat seolah kotbah itu dibuat khusus buat jemaat yang mendengar dan memberi kesan pribadi ke semua pendengarnya.  Contoh : Bacaan diambil dari Yesus mengutuk pohon Ara yang Tidak berbuah. Kebanyakan pengkotbah mengartikan seperti tulisan Matius dan standard sekali yaitu SEMUA MANUSIA  YANG MENGIKUT YESUS HARUS BERBUAH, kotbah aman dan jemaat sudah tahu semejak mereka kecil.  Pengklotbah kreatif akan berani mengambil dari pengamatan  Markus dimana YESUS mengutuk pohon ara yang tidak berbuah itu di saat bukan musim berbuah. Pengkotabh kratif berani membangkitkan rasa ingin tahu jemaat dengan seolah menyalahkan YESUS yang mengharapkan pohon itu berbuah di saat bukan musimnya.  Tidak Cuma berhenti di menyalahkan tetapi dia akan melanjutkan kebiasaan manusia berbuah/berbuat baik jika ada di lingkungan yang baik atau berbuah di musin buah. Contoh orang Indonesia yang mendadak bisa sangat taat hukum ketika berada di Singapore dan kembali menjadi pelanggar hukum ketika kembali ke Indonesia.  Di ayat ini Markus ingin menekankan kalau orang/anak TUHAN harus tetap berbuah setiap saat dan dimana saja atau dalam bahasa Markus berbuah di saat bukan musim berbuah. Ada unsur kekinian dalam cara menafsir Alkitab dan membuat jemaat langsung tersadar dan memahami kekeliruannya selama ini serta tahu apa yang TUHAN mau dalam hidupnya.

 

Ketidak mampuan para Pendeta lulusan STT mainstream untuk melakukan/membawakan KOTBAH KREATIF adalah karena kurikulum STT mainstream memang menekankan pada sisi  ISI dan bukan bentuk apalagi penyajian dari kotbah itu sendiri. Isi diajarkan sebagai ilmu yang harus dipahami dan dimengerti tetapi cara menyampaikan diserahkan kepada kemampuan masing-masing mahasiswa dan tidak diajarkan secara khusus.  Menurut Pdt G Bawengan hal itu karena kurikulum dibuat sebelum perang dunia ke dua dimana pengaruh budaya Feodalisme sangat kuat dan  dosen STT perlu menjaga suasana sakral di tengah tengah kelas ketika mereka mengajar sehingga kelas miskin dengan diskusi ilmiah dan ini mirip dengan suasana Gereja Mainstream saat ini yang hening, senyap dan tidak meninggalkan kesan buat yang jemaat hadir.

 

Isi Prinsip Kotbah Kreatif yang harus dikuasai ada 4 hal yaitu :

  1. Realitas Text
  2. Arti Text
  3. Makna
  4. Pesan

 

  1. REALITAS TEXT  (Alkitab) dimana seharusnya semua interprestasi seberapapun anehnya tidak boleh disalahkan  apalagi disesatkan. Karena Setiap Eksegese pasti merupakan buah Esegese atau pemikiran seseorang yang disitu ada peran Roh Kudus.  Perlu kesadaran bersama jika semua penulis Alkitab sudah mati dan yang membuat kitab itu hidup adalah para Pendeta dan Pengkotbah dan di sini diperlukan kebranian berfikir dan menginterprestasikan ayat-ayat yang ada dengan tetap berserah pada tuntunan Roh Kudus.
  2. ARTI TEKS dimana setiap tulisan yang ada di Alkitab pasti merupakan pergumulan penulis yang dituliskan dengan suatu maksud tertentu (memiliki ARTI).  Contoh kasus tentang tulisan YESUS berjalan di atas air,  artinya YESUS  punya kuasa... dan jangan berhenti sampai disitu harus ada pemaknaan yang  bisa dideliver ke arti pribadi yaitu AKU JUGA PUNYA KUASA sebagai murid Yesus dan PESAN yang kita bawakan ke jemaat adalah JANGAN TAKUT dalam menjalani kehidupan di dunia karena ada TUHAN yang punya kuasa di hati kita. Pengkotbah harus mampu untuk membawakan kotbah yang berbeda jika mereka dipercaya untuk membawakan kotbah di tiga kali atau lebih ibadah minggu di Gereja. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah jika Pengkotbah mampu menangkap arti dari setiap ayat dan menghidupkannya dalam kotbahnya dan dia bisa mengambil ayat yang berbeda untuk setiap kali dia berkotbah atau memaknai dengan makna baru untuk setiap ayat yang dia ambil. Memberdakan materi kotbah ini penting untuk mengantisipasi warga jemaat yang akan hadir lebih dari sekali karena ketertarikan mereka dengan cara dan pesan kotbah yang dibawakan.
  3. MAKNA  sebagai Pendeta dan Pengkotbah , Bang Glorius meminta kita harus mengusahakan jemaat tidak mendewakan arti atau pemaknaan suatau ayat karena karena AYAT ALKITAB ITU HARUS HIDUP dalam diri jemaat memiliki pemaknaan baru dalam setiap langkah dan tindak tanduknya jemaat tersebut membuat mereka bisa menjadi ALKITAB yang  terbuka dan terbaca oleh sesama melalui perbuatan mereka sehari hari. 
  4. PESAN adalah bagian penting yang harus dibawakan oleh Pengkotbah khususnya Pendeta. Pesan adalah Punc  Line atau Puncak dari Kotbah yang harus ditangkap oleh warga jemaat dengan sukacita dan membuat mereka mau melakukan dalam kehidupan kesehariannnya.

Contoh kasus yang diambil adalah  tentang tulisan YESUS berjalan di atas air,  artinya YESUS  punya kuasa... dan jangan berhenti sampai disitu harus ada peMAKNAan yang  bisa dideliver ke arti pribadi yaitu AKU JUGA PUNYA KUASA sebagai murid Yesus dan PESAN yang kita bawakan ke jemaat adalah JANGAN TAKUT dalam menjalani kehidupan di dunia karena ada TUHAN yang punya kuasa di hati kita. Pengkotbah harus mampu untuk membawakan kotbah yang berbeda jika mereka dipercaya untuk membawakan kotbah di tiga kali atau lebih ibadah minggu di Gereja. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah jika Pengkotbah mampu menangkap arti dari setiap ayat dan menghidupkannya dalam kotbahnya dan dia bisa mengambil ayat yang berbeda untuk setiap kali dia berkotbah atau memaknai dengan makna baru untuk setiap ayat yang dia ambil. Membedakan materi kotbah ini penting untuk mengantisipasi warga jemaat yang akan hadir lebih dari sekali karena ketertarikan mereka dengan cara dan pesan kotbah yang dibawakan.

 

  1. BENTUK

BENTUK adalah bahasan kedua dari  Pdt G Bawengan  setelah ISI di bagian pertama  beliau membuka dengan mengambil analogi Koran yang di setiap kali terbit dibawah Head Line suatu bacaan yang biasa ditulis dengan huruf besar ada satu kalimat dalam huruf agak kecil tapi tidak sekecil materi tulisan yang biasa disebut  LEAD.  Dalam tata ibadah GKI maka LEAD itu ada di KATA PEMBUKA oleh Pengkotbah.  Kata pembuka yang selama ini kurang diperhatikan dan dipersiapkan harusnya bisa dipakai buat membangun semangat jemaat beribadah. Kata Pembuka harus membuat jemaat penasaran dengan semangat menunggu saat kotbah disampaikan. Gairah dan semangat ini akan membuat ibadah minggu akan lebih hidup dan bergairah dari awal. Sebaiknya Kata Pembuka memakan waktu 10% dari waktu kotbah. Sehingga kata pembuka tidak perlalu pendek tetapi juga tidak terlalu panjang serta bisa menggugah rasa ingin tahu jemaat.   Ajakan berdoa, pengakuan dosa, berita anugrah dan bacaan alkitab juga seharusnya bisa dipakai untuk membangun kerangka Ibadah yang selalu membangun gairah jemaat. Di sini perlunya persiapan antara pengkotbah dan penatua yang akan memimpin ibadah. Pendeta harusnya bisa menerangkan Lead yang akan dipakainya kepada Penatua dan Penatua juga menrangkan kata-kata yang akan dia pakai keapda Pendeta sehingga ada kesinambungan Ibadah yang terbangun dengan baik dan membuat jemaat siap secara pribadi mendengar Firman Tuhan yang akan disampaikan.

Dalam setiap Kotbah maka pengkotbah kreatif harus membangun bagian demi bagian kotbahnya dengan baik dan memasukan unsur humor kedalam kotbahnya. Stand Up Komedi menyadarkan pengkotbah kalau untuk menjadi pembawa humor tidak perlu berpakaian atau memiliki tubuh yang lucu seperti pelawak. Humor bisa dipelajari dan harus dipelajari oleh pengkotbah dan dia harus punya kemampuan menyelipkan materi humor untuk menurunkan kejenuhan jemaat serta memudahkan Pendeta menyampaikan pesannya. Humor harus dibuat dalam kerangka penyampaian pesan dan bukan untuk sekedar membuat jemaat tertawa.

DIXIE atau pemilihan kata yang sama harus dihindari karena DIXIE bisa menimbulkan pesan yang salah dikepala jemaat.  Misalkan kita selalu memakai kata BUKAN BEGITU atau  AMIN SAUDARAKU atau  kata lainnya.  Pengkotbah harus punya kemampuan dan perbendaharaan kata yang banyak sehingga kotbahnya bisa ditangkap maknanya dan bukan DIXIE nya.

 

  1. SAJIAN

SAJIAN kotbah adalah bungkus dari kotbah tersebut dimana bungkusnya bisa berupa cara berpakaian pengkotbah, cara masuk mimbar, cara berkotbah baik diam di mimbar ataupun berjalan-jalan di sekitar mimbar atau bahkan sampai menjangkau ke kursi jemaat atau cara lain yang membuat jemaat lebih mudah mengerti pesan yang akan disampaikan serta membuang kejenuhan  jemaaat melihat ke satu titik tertentu.  Ada beberapa sajian yang bisa diperhatikan dalam menyajikan Kotbah Kreatif menurut Yohanes R Eda yaitu  :

 

  1. Gunakan Analogi

 Analogi adalah suatu proses penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan konsep dan meninggalkan dampak dan kesan yang kuat dalam diri jemaat. Saya kasih contoh sederhana. Misalnya Anda ingin memaparkan konsep tentang pentingnya keseimbangan antara potensi spiritual, potensi fisik, potensi emosional, dan potensi intelektual untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Anda bisa memaparkan bahwa empat potensi manusia itu ibarat seperti pohon buah. Di mana SQ diibaratkan akar, PQ diibaratkan batang pohon, EQ diibaratkan seperti daun dan IQ diibaratkan seperti buah. Atau misalnya Anda ingin menjelaskan konsep komunikasi yang efektif, maka Anda bisa menggunakan permainan tenis sebagai sebagai analogi komunikasi yang efektif. Dan menggunakan permainan Golf sebagai analogi dari  komunikasi yang tidak efektif. Silakan Anda pikirkan analogi apa yang paling tepat untuk menggambarkan konsep Anda? Jika Anda bisa menemukannya, bisa memaparkan analogi tersebut dengan baik, maka jemaat akan mudah memahami dan mengingat apa yang Anda sampaikan. Bahkan bisa jadi mereka akan ingat konsep Anda selama-lamanya.



  1. Lakukan Demonstrasi

Jika khotbah Anda banyak memaparkan langkah-langkah teknis Anda bisa memikirkan cara ini.  Ini akan memberikan pengalaman yang berbeda untuk jemaat dari pada hanya sekedar mendengarkan Anda berbicara. Tujuan khotbah demonstrasi adalah untuk mengajarkan jemaat bagaimana  menyelesaikan tugas (atau proses). ” Dan untuk bisa berhasil melakukannya ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Pertama,mulailah dengan mengapa. Artinya tujuan Anda harus jelas lebih dulu.Kedua, Berikan gambaran singkat dari seluruh proses. Ini untuk membantu memudahkan audiens melihat gambaran awal, dari langkah-langkah yang akan dilakukan. Ketiga, Paparkan langkah demi langkah satu persatu secara urut. Jelaskan langkah-langkahnya dengan bahasa yang jelas  dan runtut, supaya audiens mudah mengikuti proses yang Anda paparkan. Keempat, Diskusikan. Kelima, luangkan waktu untuk tanya jawab. Keenam, ringkas sebentar.



  1. Ajak audiens melakukan aktivitas

 Mengajak jemaat melakukan aktivitas juga salah satu cara yang sangat direkomendasikan untuk membuat khotbah berdampak. Namun apapun aktivitas yang akan dilakukan jemaat pastikan itu sudah menjadi bagian dari rencana Anda. Saya kasih contoh sederhana. Misalnya Anda seorang pengkhotbah di segmen pemuda, Anda ingin mengajak pendengar Anda melakukan aktivitas, maka cara berikut ini bisa Anda lakukan. Beri pemuda selembar kertas dan minta mereka untuk menulis nama mereka di tengah. Kemudian mintalah mereka untuk menuliskan semua mimpi yang mereka punya untuk masa depan mereka, keluarga mereka, mengelilingi nama mereka. Setelah mereka selesai menulis semua impian mereka, kemudian ambil secarik kertas dari pemuda, dan merobek nama mereka dari tengah kertas dan bertanya, ” Jika ini terjadi – misalnya Tuhan terlebih dulu mengambil Anda? Siapa yang akan memenuhi impian Anda untuk anak Anda”.   Pertanyaan itu akan  membuat pemuda berpikir dan termotivasi untuk mengambil keputusan. Jika itu bisa Anda sampaikan dengan kuat, maka itu akan memberikan dampak yang kuat untuk pemuda. Untuk itu pikirkan aktivitas yang pas untuk khotbah Anda, kemudian sampaikan dengan kuat, percayalah ini akan memberikan dampak yang emosional untuk pendengar Anda. Demikianlah 3 Ide kreatif untuk membuat khotbah berdampak.  Pahami, latih dan praktekkan dalam khotbah Anda. Dan buatlah khotbah Anda berikutnya berdampak, baik secara rasional maupun emosional.   

 

Diskusi menarik ini ditutup dengan minum teh dan makan kueh kueh kecil bersama. Canda tawa dan keakraban menutup diskusi ini karena kami harus segera menghadiri Penahbisan Pendeta Dewi di GKI Wahid Hasyim. Diskusi menarik dengan dipimpin oleh pribadi yang menarik bernama Pdt Glorius Bawengan . Terimakasih Kakak untuk diskusi dan kesempatan mengikutinya. Tuhan berkati gerejanya dan semoga semangat belajar beberapa teman pedeta alumni STT Jakarta ini bisa juga menular ke Pendeta lainnya dan juga jemaatnya.

 

Semoga di pertemuan teman-teman Pendeta ini yang akan datang saya bisa diajak lagi dan dijebak lagi juga tidak masalah....karena siang ini saya menjadi obyek penderita yang berbahagia......buat awam seperti saya maka kesempatan mendapatkan diskusi tentang masalah Gereja secara terbuka, jujur dan penuh antusiasme serta cinta yang besar kepada TUHAN dan gerejaNYA adalah momen langka yang harus disyukuri....

 

TUHAN MEMBERKATI.....