Suatu kehormatan besar ketika ditunjuk Sinode GKI untuk menjadi perutusan dalam sidang PGIW di Lembang. Adapun Team Perutusan GKI terdiri dari 5 perutusan : Pdt Frida Situmorang, Pdt Nurkiana Simatupang, Pnt Frans Sinyal, Pnt Sony Danang Caksono dan Pnt Dedy I Aruanpitu dan 5 Peninjau : Pdt Izack Sipasulta, Pdt Daniel Guntur, Pnt Yuli Ariyanto, Pnt Benyamin P Simatupang, Pnt Virgo Agung Prasetyo. Kami bersepuluh mewakili Sinode GKI yang memiliki Gereja/jemaat di Jakarta yaitu Sinode GKI Jabar dengan 5 klasisnya dan Sinode Jawa Tengah dengan 2 Klasisnya.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh Gubernur DKI Bapak Ir Basuki Cahaya Purnama (Ahok) tanggal 17 November di Balaikota dan dilanjutkan dengan persidangan di Lembang dari tanggal  18-21 November. Cukup lama dan menguras tenaga serta pikiran tetapi di sisi lain kita bisa melihat TUHAN bekerja dengan ajaib dan anak-anak/pelayan TUHAN yang walau beda aliran gereja, pandangan, latar belakang bisa mengutarakan isi hatinya yang dilandasi kesungguhan mencintai TUHAN. Cinta yang besar terkadang membawa juga  perdebatan yang sengit tetapi disini kita lihat perbedaan hasilnya, jika yang mendasari perdebatan adalah kecintaan pada TUHAN dan sesama maka ujungnya pasti damai sejahtera dan kedamaian.  Tetapi jika yang melandasi adalah kepentingan pribadi maka ujungnya pasti perpecahan dan pertengkaran.  Kami pribadi melihat semua yang datang dalam sidang PGIW kemarin adalah pribadi-pribadi yang sungguh mencintai TUHAN dan sudah TUHAN pakai dan tempatkan sebagai pelayan Tuhan di Gereja mereka masing-masing, maka tidak heran jika ujung dari persidangan PGIW ini adalah damai sejahtera dan sukacita buat semua yang hadir baik yang terpilih maupun tidak terpilih sebagai pengurus dalam persidangan.

 

Ada satu ilustrasi yang menurut kami baik untuk melandasi tulisan ini supaya kita bersama bisa melihat dalam kacamata yang sama tentang Gerakan Oikomenes yang di Indonesia dimotori oleh PGI dan di Jakarta serta propinsi lainnya melalui PGIW. Ilustrasi ini diambil dari statement Pdt. Yusuf Roni yang dikutip oleh Pendeta Glorius Baswengan dari GMIST yang mengilustrasikan ikatan keluarga di PGIW seperti ikatan keluarga antaran empat anak yang berbeda sifat dan karakternya. Ada anak yang pendiam dan senang bekerja saja, ada anak yang senang belajar dan kalem, ada anak yang begitu expresionis dan meluap-luap dalam menyatakan perasaannya dan ada anak yang selalu terbawa perasaan. Walau mereka berbeda-beda tetapi mereka tetap satu saudara dan tidak ada yang salah dengan sifat mereka karena itu juuga anugrah TUHAN dalam hidup mereka.  Demikian juga gereja dengan berbagai-bagai aliran yang ada (Lutheran, Calvinis, Karismatik, Pantekosta dan aliran lainnya) mereka semua tetap seperti keluarga walau cara ibadah mereka berbeda-beda, karena cara ibadah hanya bagian dari sifat dan sikap anak dalam berhubungan dengan orang tuanya. PGIW sebagai motor gerakan Oikomene di Jakarta harus tetap menjaga semangat kekeluargaan diantara anggotanya dan tidak boleh antara sesama anggota keluarga saling menghakimi apalagi menyesatkan.

 

Persidangan ini berjalan dengan relatif lancar dan dibuka dengan sangat baik oleh Gubernur DKI yang secara gamblang membumikan Pancasila sebagai wujud nyata dari ajaran KASIH yang diajarkan TUHAN dimana Kasih pada TUHAN jelas ada di sila pertama dan empat sila yang lain berbicara tentang kasih pada sesama dan cara kita berhubungan dengan sesama. Ujung dari keempat sila adalah keadilan sosial dimana ini juga ujung dari KASIH kita pada sesama yang harus bisa mensejahterakan sesama kita baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi mental diman diskriminasi apalagi rasialisme harusnya tidak boleh ada lagi dari bumi  Indonesia. Gubernur juga meminta dukungan Gereja dalam menjalankan program  5T yaitu :  yaitu tertib hunian, tertib berlalu lintas, tertib pedagang kaki lima (PKL), tertib demo dan tertib buang sampah. Gubernur secara khusus meminta pimpinan Gereja membantu dia menyadarkan warga gerejanya untuk tidak menjadi calo rumah susun, tinggal atau bahkan jadi preman di hunian liar, tertib berlalulintas terutama buat supir angkutan umum yang banyak dari warga gereja, tertib buang sampah untuk menjaga kebersihan Jakarta dan juga tertib dalam berdemo karena pendemo yang identik dengan warga gereja. Secara umum himbauan Pak gubernur diresponse oleh PGIW dan bahkan dimasukan dalam salah satu hasil sidang komisi program sebagai program yang harus dijalankan.

 

Persidangan kali ini jika boleh dicermati tidak semua agenda persidangan diplot untuk menghasilkan keputusan/kebijakan dan sifatnya hanya  informatif belaka. Ada baiknya mata acara yang sifatnya informatif dan kurang relevan dengan agenda persidangan bisa dijadikan acara seminar diluar agenda persidangan PGIW sehingga sidang tidak perlu berlangsung selama itu. Jika ada lembaga partner yang diberi kesempatan untuk mempresentasikan programnya maka pengurus PGIW harusnya sudah mengkondisikan untuk mendukung kegiatan tersebut dan dalam pleno bisa dimintakan pendapat peserta sidang apakah akan mendukung atau tidak dan bentuk dukungannya seperti apa.  Sangat terasa kuran pas jika GMKI, Indonesia Pintar, Gunung Mulia dll diminta presentasi tetapi PGIW tidak memformalkan bentuk dukungan kepada mereka dan dari mereka kepada PGIW. Seharusnya lembaga seperti GMKI bisa dipakai sebagai partner strategis untuk membangun gerakan Pemuda di anggota PGIW secara masive selama GMKI melengkapi diri dengan kemampuan untuk membangun  persekutuan pemuda yang bersifat oikomenes di gereja Gereja dan kampus-kampus, diluar kemampuan organisasi yang memang mereka sudah miliki selama ini. Serasa seperti makan sayur tanpa garam ketika kita mendengar presentasi tetapi tidak ditegaskan di persidangan maksud dan tujuannya selain mengetahui informasi tentang kegiatan lembaga partner tersebut.

 

Satu hal yang membanggakan dan seolah menjadi bukti TUHAN bekerja di sidang ini adalah keinginan kuat dari peserta sidang untuk membuat laporan keuangan PGIW menjadi lebih transparant, terpusat dan auditable. Suatu keinginan yang susuai dengan nilai-nilai yang kita anut dan didasari kalau manusia itu lemah (punya keingininan daging) sehingga perlu system organisasi yang bisa mengontrol sifat lemah ini tidak dominan. Sehingga semua anak TUHAN, Pelayan TUHAN yang melayani di PGIW akan terhindar dari perbuatan dosa yang bukan mereka inginkan tetapi karena ketidak tahuan dan mampuan mereka melawan keinginan daging mereka.  Selama persidangan tidak ada yang menyalahkan perorangan tetapi system yang disalahkan dan system ini juga yang disetujui untuk diperbaiki bersama.

GKI secara umum berperan aktif dalam persidangan ini dan walau kita tidak bertanya karena begitu semangatnya peserta persidangan dalam berpartisipasi maka delegasi GKI selalu memutuskan membatalkan pertanyaan jika memang sudah ada peserta lain yang menyampaikan idenya. Tetapi ternyata ini menimbulkan simpati dari peserta sidang lain sehingga di dua komisi (dari lima sidang komisi yang ada)  pembicara dan pemimpin untuk menyampaikan  hasil persidangan di komisinya adalah utusan GKI. Kita bisa menjadi pengingat kepada peserta sidang lain jika suasana mulai panas kalau persidangan ini bukan untuk menggolkan/menonjolkan kepentingan pribadi melainkan pelayanan kita bersama. Peran GKI yang cenderung silent, tenang dan damai ini ternyata juga dimaknai lebih sebagai kemampuan untuk bisa ikut memberi warna dalam kepengurusan  PGIW dalam lima tahun kedepan. Hal ini terlihat dengan GKI mendapat peran sebagai Ketua Diakonia dan Satu dari Tiga Anggota Badan Pengawas. Kepercayaan yang cukup besar buat GKI karena dari 22 pengurus yang dipilih ada dua kader GKI yang terpilih.

 

System pemilihan pengurus di PGIW juga sangat demokratis dan semua gereja jumlah wakilnya cuma satu suara tidak peduli sebesar apa atau sekecil apapun gereja tersebut. HKBP, Bethel, GKI, GPIB dll yang besar jumlah anggota jemaatnya jumlah suaranya dalam penentuan pengurus sama dengan gereja yang cuma punya satu jemaat/gedung gereja.  Ada sekitar 22 pengurus yang dipilih dalam pleno oleh perwakilan setiap Gereja dan systemnya one man one vote. Tidak ada kemufakatan tetapi langsung voting dan ini juga menghindari pengkondisian oleh Gereja besar dan menurut kami cara ini sangat demokratis. Pemilihan disepakati akan memilih calon dengan suara terbanyak dimulai dengan pemilihan sekum dilanjutkan ketum, ketua –ketua dst. Satu ronde pemungutan suara untuk satu posisi. Semua Gereja  punya hak dan kesempatan yang sama, dan sangat sulit untuk dikondisikan. Disini kami juga melihat cara TUHAN bekerja dengan luar biasa karena pihak-pihak yang ingin mengkondisikan akan menjadi malu sendiri karena banyak perwakilan Gereja yang masih sangat idealis dan ditambah mereka adalah pelayan dan bahkan pendeta yang cukup punya anam, maka tidak heranmereka akan langsung mencoret nama-nama yang berusaha bermain diluar aturan yang mereka percayai.

 

Satu catatan khusus untuk Ketua Umum PGIW periode 2010-2015 Bapak Pendeta Supriatno juga memainkan peran yang sangat penting selama masa persidangan ini. Beliau benar-benar bisa menjadi figur Bapak yang mengayomi dan mendinginkan suasana. Beliau tidak pernah terpancing emosinya dan selalu bisa berfikir tenang, obyaktif dan realistis walau diserang dan dikritik.  Beliau selalu mengingatkan kalau semua kita pasti sedang melayani TUHAN dan bukan melayani diri sendrii, kepentingan TUHAN dan bukan kepentingan diri sendiri. Beliau juga mengedepankan pola pikir positif dan menolak pola pikir negatif dan curiga terhadap sesama pengurus maupun perserta sidang. Betul-betul suatu figur yang pasti PGIW akan merasa sangat kehilangan dan semoga beliau bisa dipakai TUHAN lebih heran dan besar lagi sebagai ketua sinode Gereja Kristen Pasundan.

 

Persidangan PGIW DKI sudah selesai, pengurus baru sudah dipilih, system keuangan baru sudah disepakati dimana penerimaan hanya akan memakai satu rekening dibawah kontrol Bendahara, semangat kebersamaan sudah ditetapkan dimana pencarian dana akan diusahakan secepatnya terpusat untuk membiayai semua kegiatan PGIW, Pengurus baru dengan gairah dan semangat baru sudah siap bekerja dan menjadi motor GERAKAN OIKOMENES di JAKARTA dan memberi manfaat untuk semua Gereja dan warga Gereja yang menjadi anggota PGIW.  SEKARANG waktunya kita bersama mendukung kegiatan PGIW menjadi kegiatan kita bersama sebagai perwujudan dari TUBUH KRISTUS di DUNIA. Tubuh memang punya banyak anggota ada mata, kaki, tangan dll tetapi semua adalah satu tubuh dan semua anggota tubuh tidak bisa berarti jika dipisahkan dari tubuhnya.  1 Korintus 12:12-13 : Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

 

Mari teman-teman kita bergandengan tangan, apapun latar belakang suku, gereja, pekerjaan dan perbedaan lainnya. Marin kita berjuang bersama untuk mewujudkan kehadiran Kristus di dunia terasa oleh semua orang, tetapi bukan untuk menjadikan mereka semua Kristen karena itu hak TUHAN  dan bukan hak kita. Mari kita berjuang untuk menyatakan kasih buat dunia dan membuat semua orang bisa merasakan kalau kasih itu masih ada dan mereka tidak akan pernah sendiri dalam berjalan ditengah dunia yang semakin individualistis dan gelap ini karena ada kita sebagai duta-duta kasih TUHAN untuk dunia. Mari kita bersama berbuat untuk sesama bukan juga supaya masuk surga tetapi karena KASIH adalah sifat TUHAN yang ada dihati semua orang percaya yang sudah menerima baptisanNya. Kasih adalah bukti pertobatan kita dan tidak mungkin lagi kita melakukanperbuatan dosa dengan damai sejahtera ketika TUHAN sudah ada di hati kita.

Kami yakin sekali kalau semua kita mau berjuang dalam kebersamaan sebagai bagian gerakan Oikomenes di Jakarta, Indonesia dan bahkan Dunia maka Gereja kita tidak akan kekurangan jemaat karena TUHAN sudah tempatkan Gereja kita di dunia untuk melayani sesama kita manusia/orang dengan sifat tertentu yang cocok dengan budaya gereja kita (ingat cerita orang tua dengan empat anak di awal). Gereja ditempatkan TUHAN di dunia bukan karena kebetulan tetapi ada maksud TUHAN di dalamnya. Mari jangan berkecil hati apalagi menutup pintu  gerakan Oikomene karena kebersamaan adalah keharusan sebagaimana perbedaaan adalah juga kepastian dalam hidup ini.

 

Selamat Melayani untuk semua pengurus PGIW yang terpilih dibawah kepemimpinan Pdt. Manuel Raintung, S. Th MM sebagai Ketua Umum Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI Wilayah DKI Jakarta dan Pdt. Ferry F. Simanjuntak sebagai Sekretaris Umum dan dari Unsur GKI Pendeta Frida Situmorang sebagai Ketua Diakonia.

Selamat mendukung kegiatan pengurus untuk semua jemaat gereja di Jakarta karena kita semua dipanggil untuk ikut melayani sekecil apapun talenta yang kita miliki.

 

TUHAN MEMBERKATI PELAYANAN SEMUA KITA