BERSUNGUT-SUNGUT

Filipi 2:14-18; 3:1-4a


Salah satu penyebab umat Israel generasi pertama tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan adalah karena mereka sering bersungut-sungut kepada Tuhan. Setiap muncul kesulitan, mereka selalu menggerutu dan marah kepada Musa. Mereka mencomel dengan mengatakan bahwa kehidupan di Mesir lebih baik walau menjadi budak.


Sikap bersungut-sungut secara rohani bukan hanya sikap yang tidak mampu bersyukur, melainkan juga sikap melawan Allah. Mereka tidak mampu menghitung berkat-berkat yang Tuhan curahkan. Akibatnya, mereka selalu merasa tidak puas, malang, dan mengasihani diri sendiri. Mereka tidak mampu melihat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan yang ajaib. Walaupun umat Israel berulang kali mengalami mukjizat, mereka tidak percaya. Dengan sikap menggerutu, mereka telah mencobai Tuhan selama 40 tahun di padang gurun.


Apabila kita telusuri lebih dalam ternyata sikap bersungutsungut didasari oleh sikap serakah. Mereka senantiasa tidak puas dengan berkat Tuhan yang tersedia; mereka menuntut secara ekstra. Tipe orang yang bersungut-sungut cenderung membandingkan kondisi diri dengan keadaan orang lain atau situasi lain. Akibatnya orang yang bersungut-sungut terjebak pada konflik dengan sesamanya. Buah dari sikap bersungutsungut adalah perbantahan dan perseteruan. Sebaliknya pola dan karakter hidup umat percaya adalah bersukacita dengan mengucap syukur. Karena itu bagi umat percaya, sikap bersungut sungut merupakan aib.  (Wasiat)

DOA: Roh Kudus, perbaharuilah hati kami agar mampu selalu bersyukur. Bebaskanlah kami dari sikap bersungut-sungut dari setiap situasi. Amin.