PENDERITAAN MANUSIA DAN MISTERI ALLAH
Kitab Ratapan ini ditutup dengan
menanyakan sikap Allah atas kehinaan umat karena penderitaan. Penderitaan yang
mereka alami sangat merendahkan martabat kemanusiaan dan keumatan sehingga
mereka terhina. Bahkan untuk makan saja, mereka dihadang bahaya maut. Jelas
terungkap bahwa penderitaan umat disebabkan oleh dosa bapak-bapak, yakni
pendahulu, Israel. Mereka berdosa melawan dan menentang Allah, tetapi mereka
tidak ada lagi.
Penulis Kitab Ratapan menyadari
keberdosaannya. Ia ingin kembali kepada Allah agar hidupnya dibarui seperti
dahulu kala. Ia memohon untuk itu. Namun, Allah sepertinya telah membuangnya.
Ia mempertanyakan hal itu kepada Allah, tetapi tiada jawaban Allah.
Hidup tak selamanya sukses. Hidup seorang beriman tidak melulu berisi senyum, sukacita, dan berbagai kemudahan. Bahkan, pertobatan seorang saleh bukanlah jaminan hidup menjadi bahagia. Doa dan permohonan tidak selalu mendapat jawaban. Ada kalanya, seorang beriman dibiarkan Tuhan hidup susah, menderita, dan terkucil dari dunia sesehari. Namun, apakah tidak ada Tuhan sehingga orang benar, orang saleh, atau orang tak bersalah, dibiarkan menderita? Penulis Kitab Ratapan mempertanyakan tentang kemurkaan Allah karena percaya akan keberadaan Allah. Akan tetapi, Allah belum menjawab doa kita. Mungkin Allah masih membiarkan kita menjalani, mengalami, menikmati, dan menghayati penderitaan agar tahu kemanusiaan kita. (Wasiat)
DOA:Ya Tuhan, kuatkanlah dan topanglah kami menjalani hari-hari kesusahan. Amin.