PERTANGGUNGJAWABAN PRIBADI


Yehezkiel 18:19-24

Tahun lalu, ada berita tentang ibu dan anak yang merampok lansia di Kuningan. Ibu tersebut berpura-pura menjadi tenaga vaksinator Covid-19 bersama teman-temannya. Sementara anaknya yang berusia pemuda, bertugas menjadi sopir. Mereka mendatangi rumah seorang lansia dan mengambil uang serta perhiasan yang ada. Peristiwa tersebut diketahui oleh polisi dan para pelaku pun tertangkap. Kriminalitas yang dilakukan ibu tersebut menjerumuskan anaknya dan masing-masing mendapatkan hukumannya.

Perbuatan orang tua dapat menurun kepada anaknya, tetapi tak selamanya demikian, bukan? Perbuatan dosa ataupun perbuatan baik seorang ayah bisa diikuti oleh anaknya, tetapi juga bisa tidak. Masing-masing bertanggung jawab atas dirinya sendiri, apakah hidup benar atau hidup fasik di hadapan Tuhan. Tidak ada hukuman dosa yang diturunkan. Dalam Yehezkiel 18:20 tertulis, “Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya.” Tuhan menginginkan pertobatan orang-orang fasik agar mereka memperoleh hidup. Tuhan tidak menimpakan kesalahan orang tua kepada anak-anaknya.                              

Semua hal baik dari orang tua tentu menjadi teladan untuk diikuti. Sebaliknya, semua hal buruk dari orang tua tentu menjadi pelajaran untuk kita hindari dalam hidup kita. Baik orang tua maupun kita bertanggung jawab pribadi kepada Tuhan. (Wasiat)



Kami bersyukur Bapa, apapun latar belakang keluarga kami, Engkau memberikan kesempatan untuk hidup benar dalam-Mu, Amin.