TUHAN BAGI YANG PEDIH HATI
Kesedihan adalah hal biasa. Namun,
penulis Kitab Ratapan mengungkapkan kepedihan. Kepedihan terjadi akibat tekanan
bertubi, dan tidak berasal dari ulah orang lain. Pengalaman itu menyebabkan
luka. Luka itu meninggalkan rasa perih di permukaan dan pedih di dalam batin.
Peristiwa sangat menyakitkan berlalu, tetapi kepedihan tidak cepat hilang.
Penulis Kitab Ratapan mempersaksikan
kepedihannya; ketika menangis, tidak ada penghibur. Yerusalem menjadi najis
karena melawan TUHAN, tetapi tidak ada yang menolongnya. Pembela Yerusalem
telah menjadi tawanan ke negeri asing. Ia memohon pertolongan
kekasih-kekasihnya, tetapi mereka malah memperdayanya. Para imam dan tua-tua
mati kelaparan. Semua dialami oleh karena kejahatan orang sekitar. Penulis
Kitab Ratapan adalah orang terluka.
Seseorang terluka oleh karena ketiadaan orang
lain yang menerima keberadaannya. Misalnya, orang ditolak karena orientasi
seksualnya. Padahal, keberadaannya terlahir demikian; perjalanan hidup akibat
keterpaksaan; atau dibuat demikian. Bukan ulahnya. Namun, ia menanggung
akibatnya. Banyak orang terluka di sekitar kita, mungkin kita termasuk di
dalamnya. Ada banyak alasan orang terluka meninggalkan Tuhan.
Namun, dalam kondisi pedih itu firman Tuhan mengajarkan agar penulis Kitab Ratapan, mewakili orang terluka, tetap bersama Tuhan. Tuhan selalu bersama orang terluka. Kristus yang bangkit adalah juga Allah yang terluka. (Wasiat)
DOA:
Ya Tuhan, kami yang terluka merindukan dekapan-Mu. Amin.