Surat

2 Tim 1:3-7


Menurut informasi yang saya baca, Timotius berumur sekitar 16 tahun saat bertemu Paulus. Selanjutnya sebuah ikatan istimewa terbentuk di antara mereka. Dalam Timotius, Paulus menemukan seorang anak dan demikian sebaliknya. Paulus beberapa kali membawa Timotius dalam perjalanan penginjilannya. Dalam Paulus, Timotius menemukan teladan dalam menghidupi iman dan memimpin. Dia melihat Paulus mengajar, bertukar pendapat, menguatkan dan menghibur jemaat, menyelesaikan pertikaian, dan membuat keputusan-keputusan sulit. Timotius juga melihat dan mendengar Paulus dihina, difitnah, dianiaya, disiksa, Dan diperlakukan tidak adil. Bukan tanpa alasan jika Timotius menangis mengingat bapak rohaninya. 14 tahun setelah pertemuan mereka, Timotius telah menjadi pemimpin jemaat dan Paulus dipenjarakan lagi di Roma. Kali ini Paulus tidak akan bebas seperti sebelumnya sebaliknya akan dihukum mati. Sebelum itu terjadi, Paulus menulis surat ini. 

Paulus kuatir Timotius akan terseok menghidupi tantangan dalam pelayanan. Ada perbedaan besar antara melihat dan menjalaninya sendiri. Paulus membuka suratnya dengan petuah: jangan sia-siakan karunia Allah dan jangan takluk pada ketakutan. Bukan karena tantangan dan ancaman itu tidak nyata, tapi karena Roh Kudus yang berdiam di dalam kita. Saya percaya, menimbang situasi Paulus, Timotius akan terpicu semangatnya. Timotius tentu menyadari alih-alih memenuhi suratnya dengan keluhan hidup dipenjara, Paulus memilih memikirkan Timotius. 

Saya percaya hal ini pun akan menguatkan dan menyemangati kita terjun ke ladang Tuhan. Sebagai penutup, kiranya sebuah ayat pendek dari Mazmur 56 bisa jadi tambahan bekal saudara hari ini: "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (ay 3)". (AGS)


Doa


Tuhan, Kaulah sumber kekuatan dan perlindungan kami. Berikan kami kekuatan, keberanian, dan sukacita menjalani hari ini. Kiranya namaMu dipermuliakan dalam kehidupan kami. Amin.