PANDAI DAN DEKAT PADA
ALLAH
Penulis Kitab Amsal menuliskan bahwa pengertian dan
kepandaian adalah pintu menuju pengertian takut akan TUHAN dan pengenalan akan
Allah. Setelah takut akan TUHAN dan mengenal-Nya, maka TUHAN akan memberikan
pengetahuan dan kepandaian. Artinya, kepandaian dan pengenalan akan TUHAN
berkelindan atas orang yang mencari pengertian. Itulah hikmat.
Hikmat dalam kelindan kepandaian dan pengenalan akan Tuhan
tidak saling terpisah; bukan dualisme. Namun, dunia suka mengecoh kita. Dunia
menggoda kita bahwa jika pandai, kita menjauhi atau tak percaya kepada Tuhan.
Seseorang harus memilih antara kesalehan atau kepandaian, agama atau ilmu
pengetahuan, ilmu teologi atau sains. Atau, jika kita beriman, jangan
menggunakan akal budi, rasio, dan kepandaian untuk membaca Alkitab secara
kritis. Menjadi rohaniwan atau pendeta tidak perlu belajar teologi secara
akademis. Dunia sering menampakkan seolah-olah keduanya terpisah, padahal
sesungguhnya satu kesatuan yang utuh. Perikop Amsal hari ini membantah
kesesatan berpikir dualisme tersebut.
Firman Tuhan membalikkan semua pandangan keliru tersebut.
Amsal justru menyatakan bahwa orang pandai tak perlu menjauh dari Tuhan. Sebab,
tak ada orang bodoh yang rindu berada di dekat Tuhan. Sumber pengetahuan dan
kepandaian, yakni hikmat, berasal dari Tuhan. Jadi, kepandaian ada karena ia
selalu dekat dengan Allah. (Wasiat)
Doa
Ya Allah, pimpin saya dalam beriman dengan berakal budi secara pandai dan berpengertian. Amin.