IMAN BERLANDASKAN MUJIZAT

Matius 16:1-4

Setelah Yesus melakukan berbagai mukjizat penyembuhan dan memberi makan ribuan orang (Mat. 15:30-37), orang-orang Farisi dan Saduki menantang Yesus untuk “memperlihatkan suatu tanda dari sorga” (ay. 1). Berbagai mukjizat yang dilakukan Yesus dinilai belum memadai sebagai bukti kemesiasan-Nya. Banyak umat beragama bersikap seperti orang-orang Farisi dan Saduki, mereka hanya mau percaya kepada Tuhan jika sudah melihat tanda yang spektakuler. Bahkan ada pula yang semula percaya kepada Tuhan, tapi kini tidak lagi, karena tidak melihat mukjizat sebagaimana diharapkan. Namun melandaskan iman pada mukjizat adalah sikap yang keliru. Setelah Yesus melakukan mukjizat hingga banyak orang datang kepada-Nya karena “telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya” maka dikatakan “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua” (Yoh. 2:23-24).


Yesus tidak pernah mempercayai orang-orang yang datang kepada-Nya, hanya  karena kagum dengan mukjizat yang Ia lakukan. Itu sebabnya kepada orang-orang Farisi dan Saduki yang minta tanda, Yesus mengatakan bahwa tanda yang mereka butuhkan adalah “tanda nabi Yunus.” Ini merujuk pada kematian dan kebangkitan Yesus. Sama seperti Yunus yang ada dalam perut ikan selama tiga hari, demikian pula Yesus akan mati dan bangkit kembali setelah tiga hari. Inilah satu-satunya mukjizat yang layak dan bahkan harus dijadikan landasan iman. (Wasiat)


Doa
Mampukan kami, ya Tuhan, untuk percaya kepada-Mu. Bukan karena Engkau melakukan mukjizat, melainkan karena Engkau adalah Tuhan. Amin.