Untuk format audio klik disini


BELAJAR DARI KESALAHAN

Matius 21:23-32



Menerima hal yang "benar" kadang perlu melalui proses "salah" terlebih dahulu. Hal itu umum disadari. Istilah "tobat", yang telah akrab bagi telinga kita, sedikit-banyak juga menggambarkan hal semacam itu.

Dalam bacaan kita kali ini, Yesus mengungkapkan kesadaran yang serupa. Ia sadar betul bahwa baik pemungut cukai, perempuan sundal, maupun ahli taurat dan imam besar (yang tidak percaya pada kuasa Allah yang nyata melalui Yohanes dan Yesus), adalah sama. Mereka semua sama-sama berada dalam pilihan untuk tetap diam dalam kesalahan (ketidak-percayaan) atau berpaling pada kebenaran (percaya). Menariknya, Yesus memberikan penghargaan tinggi pada orang yang sungguh-sungguh menyadari dan menghidupi proses mengupayakan kebenaran itu, bukan pada orang-orang yang masih menyibukkan diri berkelit mempertahankan kesalahan mereka (ay. 31-32). 

Kita di masa kini pun sebenarnya sama saja dengan para ahli taurat dan imam besar, juga dengan para pemungut cukai dan perempuan sundal. Dalam keterbatasan maupun kelalaian kita, "salah" seolah menjadi "nama tengah kita". Namun selalu ada pilihan. Pilihan untuk menyadari kesalahan kita, mengakuinya, dan dengan itu kita juga menemukan apa yang seharusnya kita perbuat: kebenaran. Bersama dengan itu juga ada pengampunan dan penerimaan Allah yang terbuka.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah apakah kita sudah mengupayakan pertobatan atau mengupayakan kebenaran itu dengan sungguh, atau kita masih sibuk menumpuk segudang pembelaan atas kesalahan kita? Mari berkaca bersama. (KTM)

 


DOA :
Bapa, berikanlah kami hati yang terbuka untuk belajar dari kesalahan kami, dan hati yang sungguh untuk mengupayakan yang baik sebagai wujud pertobatan kami. Amin.