Sepakat Untuk Mencintai

Yohanes 11:45-57

Mahkamah Agama Yahudi sedang bersidang. Ada apa? Rupanya mujizat Yesus yang menghidupkan Lazarus membuat para agamawan gusar, hingga mereka pun sepakat untuk membunuh Yesus. Dari kesepakatan lahir aksi, dan aksi yang terencana membuahkan hasil; meski kita tak boleh lupa bahwa hasil dari setiap rencana selalu ada dalam kontrol Allah. 

Perikop yang kita baca hari ini dibaca bersamaan dengan Kidung Agung 8:5-14 dalam daftar leksionari. Perikopnya berjudul Cinta Kuat Seperti Maut. Ya! Cinta memang tandingan maut. Lazarus yang mati dapat bangkit bermula dari cinta Tuhan Yesus yang besar kepadanya. Perhatikan bahwa Yesus menangis di pembaringan Lazarus. Bila cinta kuat seperti halnya maut, mengapa kita tidak mulai mencoba bersepakat untuk mencintai dalam "mahkamah" kecil kita yang disebut keluarga? 

Lihatlah betapa banyak hal baik tercipta dari kesepakatan untuk mencintai: mulai dari makanan enak yang tersaji di meja makan, pasangan yang bahagia, hingga anak-anak yang bertumbuh kembang dengan baik. Dalam mahkamah keluarga yang penuh cinta, kesalahan diampuni dan dikoreksi, harapan untuk memperbaiki diri dipupuk, bukan dibunuh. Dari persidangan Mahkamah Agama Yahudi di atas kita belajar bahwa perkumpulan yang diawali dengan rasa takut dan benci melahirkan pikiran jahat yang berbuah kematian ketika sudah matang. 

Di pihak lain, cinta selalu melahirkan kebaikan yang berbuah kehidupan, yang akan terus menularkan kehidupan di manapun ia ada, termasuk dalam lingkungan yang diselimuti kematian: harapan yang mati, semangat yang mati, kasih yang mati, dsb. Biarlah ruang-ruang perjumpaan dengan keluarga kita dipenuhi cinta dan bukan kebencian serta ketakutan seperti di ruang sidang Mahkamah Agama Yahudi di mana Yesus disingkirkan. Cinta, yang kuat seperti maut itu, akan menghadirkan Allah di tengah dunia, bila ia pertama-tama disepakati dalam keluarga. (KB)

Doa

Tuhan, kami mau sepakat untuk mencintai dalam keluarga kami, sehingga Engkau menjadi tamu yang tetap didalamnya. Amin.