Merasa Berjasa

Roma 3:1-8


Ada sebuah anekdot yang mengatakan bahwa orang yang tampan dan cantik bisa terlihat demikian karena ada orang yang jelek. Ada pula pepatah "beauty is in the eye of the beholder", kecantikan ada pada mata orang yang melihat. Kedua ungkapan ini menunjukkan bahwa kecantikan selain bisa relatif juga bisa subjektif. Tentu setiap orang memiliki seleranya sendiri terkait apa yang dapat dikatakan indah, cantik, tampan, dst. 

Pada bacaan hari ini, para pemuka Yahudi memfitnah Paulus mengajarkan untuk berbuat dosa sebanyak-banyaknya supaya ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah dan kemuliaan-Nya makin bertambah. Dengan demikian, manusia seolah berjasa kepada Allah karena memuliakan Allah melalui dosanya, sehingga tidak bisa dihukum. Terhadap orang-orang yang berpikir demikian, Paulus pada akhirnya mengatakan mereka layak mendapatkan hukuman. 

Mirip dengan anekdot di atas, "kejelekan" kita memang menunjukkan betapa sucinya Allah, dari perspektif kita. Namun, seperti kata Paulus, kesetiaan Allah tidak bisa dibatalkan oleh ketidakpercayaan manusia sebab kesetiaan dan kebenaran adalah karakter Allah. Karena itu, adil bagi Allah bila Ia menjatuhkan hukuman atas dosa. Dalam hidup, ada banyak kesalahan kita yang Allah pakai mendatangkan kebaikan (misal dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya). Anehnya, alih-alih menyadari kesalahan dan bersyukur atas kuasa dan kebaikan Tuhan, beberapa orang justru merasa berjasa dan mengambil pujian bagi diri mereka sendiri. Padahal, memakai kesalahan untuk mendatangkan kebaikan adalah sepenuhnya "jasa" Allah, sebagaimana halnya dengan keselamatan kita. 

Bila kita masih merasa berjasa dalam relasi kita dengan Allah, kita patut bertanya pada diri sendiri: Apakah kita sudah benar-benar hidup dalam anugerah Allah? (HK)


Doa


Allah yang Mahakudus, ampuni kami atas perasaan berjasa yang masih sering hinggap dalam hati kami. Amin.