Untuk format audio klik di sini.
Mujizat dan pertobatan
Ada orang yang ketika
melakukan kesalahan, segera sadar akan dosa-dosanya lalu bertobat dan
berjuang-catat ya, berjuang tidak mudah-untuk kembali di jalan lurus dan benar.
tetapi ada juga orang yang sudah ditegur sahabat, kerabat, bahkan ditegur Tuhan
dengan dahsyat tetapi tidak juga memiliki kerinduan untuk bertobat. bahkan
sadar bahwa dia salah saja nggak! Maka alih-alih bertobat, dia malah menganggap
orang lain terlalu ikut campur hidupnya, dan sok suci, kuno dan lain-lain. ini
bisa dikategorikan orang yang menolak Tuhan, orang yang tidak mau ditegur Tuhan
(ayat 16).
Saudara, dalam bacaan kita,
pertobatan ternyata dikaitkan dengan kepekaan atau kesadaran akan karya Tuhan
dalam hidupnya. Ternyata, seseorang yang mampu bertobat, berkabung, menyesali
jalannya yang sesat itu sangat dipengaruhi oleh kemampuannya melihat Tuhan
dalam mujizat yang terjadi di hidupnya.
Kecaman yang sangat keras
kepada kota -maksudnya adalah kepada orang-orang di kota itu- disampaikan:
"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida!" mengapa
sampai kata kecaman itu keluar? ternyata di dalam lanjutannya dapat disimpulkan
karena mereka melihat karya besar Tuhan, tetapi tidak bertobat dan tidak
berkabung atas jalannya yang salah. Padahal di Betsaida, Yesus menyembuhkan
orang buta (Markus 8:25) dengan sempurna. Hati orang-orang yang melihat karya
besar Tuhan di hidup mereka itu tetap beku, dan tawar. Sekalipun pekerjaan
Tuhan luar biasa di depan mata mereka.
Saudara, dari sini kita bisa melihat, bahwa sebesar dan seajaib apapun kebaikan Tuhan di hidup kita, tidak akan membuat kita ingin memuliakan DIA, apalagi bertobat saat jalan kita salah, jika hati kita tidak mengagumi Allah yang sudah melakukan banyak hal di hidup kita. kita akan melihatnya biasa saja, dan semua tak membuat kita ingin menyenangkan hati Tuhan. Jangan lalai! (DWM)
Doa:
Bapa, beri kami mata yang melihat karyaMu di hidup kami juga hati yang rindu untuk bersyukur dengan mempersembahkan hidup kami yang bertobat bagi-Mu. Amin.