Untuk format audio klik disini


MEMPERDAGANGKAN KESALEHAN

Kisah Para Rasul 19:28-41


Pada Agustus 2020, di situs DI’s Way, Dahlan Iskan menulis artikel tentang seorang pendeta yang meninggal dunia hanya selisih dua minggu dari meninggalnya pendeta saingannya. Menurut Dahlan, kedua pendeta besar itu terus bertengkar tidak berkesudahan hingga berperkara di pengadilan. “Saling pecat. Saling gugat ke pengadilan. Saling lapor polisi. Bertahun Tahun,” tulis Dahlan. Selanjutnya, ia juga menulis tentang perselisihan antara pendeta itu dan anaknya sendiri yang juga seorang pendeta. Mereka saling memperebutkan keseluruhan aset gereja yang nilainya sudah mencapai triliun rupiah.

Perselisihan di lingkungan internal maupun eksternal agama memang kerap terjadi. Biasanya tidak jauh-jauh dari masalah uang atau aset. Pada zaman Paulus, di kota Efesus terdapat sebuah kuil Artemis yang sangat terkenal. Keberadaan kuil dengan berbagai ritualnya sangat menggerakkan ekonomi masyarakat dan mendatangkan keuntungan sangat besar bagi kalangan tertentu, seperti Demetrius dan para tukang perak lainnya. Oleh karena itulah, tidak heran kalau mereka sangat marah terhadap Paulus dan berusaha menyingkirkannya karena Paulus dengan ajarannya dianggap telah merugikan mereka.

Di mana pun, kehidupan keagamaan memang sering kali “dijual” secara ekonomis, terutama oleh para pemimpinnya. Kesalehan diperdagangkan. Ada yang melakukannya secara halus, tetapi ada juga yang melakukannya secara vulgar. Bagaimana dengan agama atau gereja kita saat ini?



DOA : Hikmat Tuhan kiranya menuntun kami untuk dengan sungguh hidup dalam kesalehan kepada-Mu, dan bukan sekedar untuk topeng, Amin.