Markus 6:3 (TB)  Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.


Pernahkah anda gibah? Tenang. Rasanya kita semua pernah, entah sedikit atau banyak, parah atau biasa saja. Dalam gibah itulah kita seolah punya kemampuan analisis yang hebat, macam detektif, sampai-sampai kita bisa dengan bebasnya mengait-ngaitkan masa lalu “si bahan gibah” sebagai penyebab ia menjadi pribadi “yang demikian” di masa kini. Sayangnya, bagian Firman Tuhan ini hendak mengingatkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam bergibah, sebab analisis kita tak selalu membawa pada kesimpulan yg tepat!


Sikap tetangga-tetangga Yesus yang demikian setidaknya menandakan bahwa mereka hanya melihat Yesus dari dua titik saja: (1) Yesus di masa kecilnya beserta asal keberadaannya, dan (2) Yesus yang kini, yang saat itu mereka lihat. Mereka abai terhadap proses hidup Yesus di antara kedua titik tersebut, yaitu ketika Yesus berproses dan belajar dari pengalaman hidupnya. Mereka melakukan simplifikasi terhadap pengalaman hidup Yesus, seolah tidak ada proses hidup yg menjadikan Yesus seperti saat itu: "Halah, masa tukang kayu omongannya sok bijak gini? Apa-apaan ini?!" Hal itu membuat mereka tidak memahami Yesus dengan seutuhnya. Akhirnya ya kita tahu bersama: banyak orang yg tidak bisa memahami Yesus, sehingga Yesus ditolak!


Dalam keseharian, tak jarang kita punya kecenderungan untuk memperlakukan orang lain seperti yang  tetangga Yesus lakukan padaNya. Empati, atau setidaknya simpati harus ada dalam diri kita agak kita dapat standing in their shoes . Dengan memahami keberadaan orang lain secara seutuhnya, kita dapat lebih menerima mereka, dapat lebih paham "mengapa ia begini sekarang?". Karena sebagaimana kita juga mau diterima dan dimengerti oleh orang lain, kita juga perlu melakukannya pada orang lain. Selamat mencoba!


Kevin