Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang punya tradisi menonton yang kuat dan lemah dengan tradisi membaca. Sedangkan menulis karena tontonan juga perlu skenario atau jalan cerita maka budaya menulis itu ada walau hanya di kalangan terbatas. Tapi ini juga sama dengan bangsa yang tradisinya membacanya kuat maka penulis juga hanya kalangan terterntu saja. Budaya menonton yang kuat bisa dilihat dari banyaknya budaya menonton dalam waktu yang lama dan sangat populer misal  kesenian wayang, ketoprak, ludruk, kecak dll dll yang bisa menyihir penontonnya semalam suntuk atau bahkan sampai tiga hari untuk duduk menonton satu lakon/tokoh/cerita yang dibawakan oleh dalang wayang kulit.

 

Lemahnya budaya membaca bisa dilihat juga dari munculnya TV free to air (baca Gratis) yang demikian bagus di negara ini. TV yang punya content bagus dan mahal ini bisa membiayai hidupnya tanpa perlu menarik bayaran dari pemirsanya atau artinya basis pemirsanya cukup besar sehingga menarik industri untuk mengiklankan produknya. Ini beda dengan TV di Amerika sekalipun yang masih hidup dari pembayaran yang diterima dari pemirsanya baik yang langsung (melalui jaringan distribusi mereka sendiri) maupun yang lebih umum melalui jaringan TV cable atau satellite yang menjual service PAY TV ke pelanggannya.

 

TV Free to Air yang begitu bagus kualitas siarannya dan bahkan bisa sampai menyiarkan NBA, Liga Spanyol, Liga Inggris, Tinju dan bahkan Piala Dunia Sepakbola yg terkenal mahal hak siarnya secara gratis ke pemirsa di rumah adalah sesuatu yang menghambat penyebaran TV berbayar di Indonesia. Negara kita yang penduduknya sudah lebih dari 250 juta hanya bisa menghasilkan pelanggan TV berbayar tidak lebih dari 5 juta orang jika digabung semua pemain (bandingkan dengan Telp Sellular yang bisa menghasilkan 300 juta pelanggan atau lebih dari jumlah penduduk). Penduduk Indonesia memang sudah lama dimanjakan oleh TV gratisan yg bagus yang tidak pernah terpikir dimiliki oleh penduduk di belahan dunia lain bahkan Singapura dan Malaysia sekalipun.

Budaya menonton yang demikian kuat juga bisa dilihat pada setiap pagelaran PILKADA, PILEG maupun PILPRES dimana tidak hampir tidak ada kampanye yang berisi diskusi program di akar rumput (bukan elit) melainkan hanya orasi kosong yang membakar semangat  dengan menu utama pagelaran dangdut atau wayang atau kesenian lainnya.

 

Budaya menonton ini juga menjadi sasaran utama penyebar berita Hoax karena mereka tahu penontonnya jarang yang mau bersusah payah mencari tahu kebenaran satu berita yang sebenarnya mudah karena tinggal Googling saja. Hoax, ujaran kebencian dll yang memecah belah bangsa menjadi subur di negara kita karena lemahnya budaya membaca tadi.

Tapi saya bersyukur ditengah banyak kemirisan ini beberapa kali datang ke pameran buku maka jumlah pengunjungnya melimpah ruah bahkan ada pameran yang dibuat selama 24 jam dan berhari hari pengunjungnya masih penuh sampai tengah malam dan bahkan membayarnya harus antri cukup panjang. Suatu oase kebahagaian yang saya rasakan karena budaya membaca for sure akan bisa membuat berita Hoax tidak punya tempat di hati masyarakat.

 

Bersyukur dengan munculnya penggiat Literasi ke sekolah sekolah dan membentuk komunitas membaca yang kuat di kalangan anak muda. Bahkan di beberapa daerah ada keharusan membaca buku 15 menit setiap hari sebagai awal sebelum siswa belajar. Konsistensi untuk membentuk komunitas dan budaya membaca melawan budaya menonton yang sudah mendarah daging saya yakin akan merubah warna perjalanan bangsa kita di masa yang akan datang. Anak anak yang open mind dan biasa membaca ide, pendapat, nalar dll dari orang lain, bangsa lain dan yang lain dari dirinya dan kelompoknya pasti akan merubah pandangan generasi tua yang sangat exclusive (walau ini juga hanya ada di segelintir orang/minoritas walau suaranya kenceng).

 

Masih merasa bahagia karena semalam (ech sampai pagi di pameran buku) dan suka sekali melihat antusiasme orang datang untuk membeli buku dan rela mengantri hanya untuk membayar buku yang dibeli. Wow love indonesia banget....KITA OPTIMIS dan HARUS OPTIMIS INDONESIA  akan menjadi satu dari lima negara dengan ekonomi terkuat di dunia.....BERSAMA KITA PASTI BISA